Paling tidak, selama dua minggu terakhir (dan kemungkinan besar masih akan menyisakan proses-prosesnya di kemudian hari), ada polemik di Jogja seputar ArtJog tahun ini. Sebagian kelompok dan individu melayangkan protes, seruan permintaan maaf dari panitia, hingga seruan boikot.
Hal yang menyulut respons resisten ini adalah munculnya logo PT. Freeport di spanduk acara sebagai salah satu sponsor. Kehadiran perusahaan industri ekstraktif yang sudah puluhan tahun jadi salah satu sebab utama kerusakan alam, konflik horizontal, militerisasi wilayah, kekerasan, kerusakan ruang hidup, serta marjinalisasi terhadap pola produksi dan cara hidup masyarakat pribumi di Papua Barat, dipandang sebagai kelalaian, ketidak-pedulian dan tiadanya empati dan rasa solidaritas panitia dan seniman peserta ArtJog terhadap masyarakat Papua yang masih berhadapan dengan kerusakan dan bencana kemanusiaan yang diakibatkan oleh korporasi raksasa tersebut.
Hal yang menyulut respons resisten ini adalah munculnya logo PT. Freeport di spanduk acara sebagai salah satu sponsor. Kehadiran perusahaan industri ekstraktif yang sudah puluhan tahun jadi salah satu sebab utama kerusakan alam, konflik horizontal, militerisasi wilayah, kekerasan, kerusakan ruang hidup, serta marjinalisasi terhadap pola produksi dan cara hidup masyarakat pribumi di Papua Barat, dipandang sebagai kelalaian, ketidak-pedulian dan tiadanya empati dan rasa solidaritas panitia dan seniman peserta ArtJog terhadap masyarakat Papua yang masih berhadapan dengan kerusakan dan bencana kemanusiaan yang diakibatkan oleh korporasi raksasa tersebut.