Yab Sarpote
  • Home
  • ANATOMI SUNYI
  • Contact & Subscription
  • MEMOAR

Pak George dan Kenangan Penghuni Perpustakaan

12/10/2016

0 Comments

 
Picture
Mengenang George Junus Aditjondro berarti mengenang malam-malam panjang, menginap di perpustakaan mungilnya di Yogya. Saya, dan kawan-kawan aktivis yang rumahnya jauh atau tak punya tempat tinggal pasti sering sekali menginap di sini. Selain banyak buku, tempat ini juga nyaman untuk bertemu dengan kawan, berdiskusi dan berbincang.

Dulu dia mengontrak dua rumah mungil di Deresan, tak jauh dari penerbit Kanisius. Satu dijadikannya perpustakaan pribadi, satunya lagi rumah tinggal bersama istrinya, bu Erna. Perpus ini sering jadi tempat kumpul mahasiswanya, kawan, dan tempat singgah bagi aktivis luar kota yang datang ke Jogja. Ada satu ruang tamu, tempat kumpul dan berbincang. Ada dua kamar lain yang berisi rak-rak bukunya. Satu kamar terakhir adalah tempat dia menghabiskan waktu untuk menulis dan istirahat. Hanya sesekali saja dia menginap di kamar ini. “Kalau sedang suntuk di rumah atau tidak ada tempat lain untuk menulis,” katanya suatu kali.

Orang bebas melakukan apa saja, kecuali dua hal: membuang puntung rokok sembarangan dan tidur di ranjangnya. Kalau dua hal ini dilanggar, dia pasti marah besar. Suatu kali dia marah mendapati banyak puntung rokok di halaman. Pernah juga dia mengomel saat melihat seprei kasurnya kusut. Alhasil, kami kena semprot. Padahal, tak satu pun dari kami yang tidur di sana. Tapi kami tak berani membantah. Pak George suka meledak kalo marahnya ditanggapi.

Read More
0 Comments

Untuk Kawan yang Memunggungi Kekuasaan, Memoar Ini Untukmu.

2/20/2016

6 Comments

 
Memoar ini adalah kisah yang saya tulis tentang kawan-kawan yang saya kenal dan saya hormati sebagai manusia dan sebagai musisi. Jadi, daftarnya akan terus bertambah selama saya masih hidup. Bagi saya, kawan-kawan berikut ini adalah orang yang luar biasa. Sebuah memoar tentu terlalu sedikit untuk menceritakannya. Namun, buat saya, hidup yang indah sayang kalau tak diceritakan.
WOBAL

Saya  mengenal Wobal belum lama. Mungkin 4 tahun. Mungkin lebih. Seperti banyak kawan yang saya kagumi, saya tak pernah ingat tanggal pasti pertemuannya. Namun, saya tak pernah lupa dengan mereka. 4 tahun bukanlah waktu yang lama, tapi saya merasa seperti sudah mengenal dia jauh lebih lama ketimbang guru SMA saya.

Saya bertemu Wobal di sebuah gig ala kadarnya di Jogja—gig berkapasitas 100-200 orang yang tak familiar dengan musik ‘politis’. Dari mulai kejahatan perusahaan sawit di Borneo dan Papua sampai penggusuran yang marak di Jogja dibahas malam itu, tetapi mayoritas tetap tak banyak bergeming. Belakangan saya makin yakin, efek strategi “hajar semua undangan gig” memang campur-aduk: banyak tampil, banyak kecewa. Dari 200 orang, mungkin hanya ¼-nya yang benar-benar menyimak. Nah, Wobal bagian dari ¼ ini.

Mayoritas kawan yang saya kagumi hadir dengan cara yang kurang-lebih sama: rendah hati. Wobal dululah yang menghampiri, menyalami saya, lantas memperkenalkan dirinya dengan kalimat yang tak pernah saya lupa: “saya bukan siapa-siapa.”

Read More
6 Comments

    arsip

    May 2022
    August 2021
    March 2020
    August 2019
    December 2018
    November 2018
    April 2018
    December 2016
    October 2016
    June 2016
    February 2016
    December 2015
    January 2014

    kategori

    All
    Catatan Perjalanan
    Kisah
    Panggung
    Tentang Kawan
    Wacana

    RSS Feed


Powered by Create your own unique website with customizable templates.