Terjemahan “The life and death of Victor Jara – a classic feature from the vaults” karya Andrew Tyler. Tulisan Tyler ini merupakan arsip klasik NME dari tahun 1975 yang diambil dari Rock’s Backpages, sebuah arsip daring jurnalisme musik yang ditulis oleh kontributor lepas hingga pers arus-utama sejak tahun 1950-an hingga sekarang, The Guardian memuatnya ulang pada 18 September 2013 untuk memperingati 40 tahun dibunuhnya Victor Jara dalam kudeta milter di Chile.
Terjemahan oleh Yab Sarpote.
Terjemahan oleh Yab Sarpote.
Setelah merenungkan kelamnya akhir dunia, David Bowie* menyampaikan kebenaran yang mengerikan. Dengan sepasang kacamata Republikan Muda dan dagu yang dipinjamnya dari Barry Goldwater, Bowie bercerita bagaimana rock’n’roll adalah “nenek ompong” dan “aib yang memalukan”.
Bahwa akan ada lonjakan tiba-tiba dari perut Amerika. Lonjakan ini akan disebut Dominasi Fasis atas Demokrasi Barat dan semuanya akan baik-baik saja jika orang sudah terbiasa dengannya.
“Akan ada seorang tokoh politik,” katanya, “sebentar lagi yang akan menyapu Amerika layaknya rock’n’roll awal. Hanya perlu ada front kanan ekstrim yang membuat semua orang jatuh hati, lantas membereskan semua kekacauan. Maka, akan muncul bentuk baru liberalisme. Jadi, munculnya pemerintah sayap kanan ekstrim adalah kemungkinan terbaik. Ia akan jadi hal positif yang, setidaknya, memantik gonjang-ganjing di masyarakat, dan rakyat akan punya dua pilihan: menerima kediktatoran atau menumbangkannya.
Bahwa akan ada lonjakan tiba-tiba dari perut Amerika. Lonjakan ini akan disebut Dominasi Fasis atas Demokrasi Barat dan semuanya akan baik-baik saja jika orang sudah terbiasa dengannya.
“Akan ada seorang tokoh politik,” katanya, “sebentar lagi yang akan menyapu Amerika layaknya rock’n’roll awal. Hanya perlu ada front kanan ekstrim yang membuat semua orang jatuh hati, lantas membereskan semua kekacauan. Maka, akan muncul bentuk baru liberalisme. Jadi, munculnya pemerintah sayap kanan ekstrim adalah kemungkinan terbaik. Ia akan jadi hal positif yang, setidaknya, memantik gonjang-ganjing di masyarakat, dan rakyat akan punya dua pilihan: menerima kediktatoran atau menumbangkannya.
Jadi begitulah.
Setelah menyampaikan ramalannya, Bowie kembali ke permenungannya dan menanti tanpa bergeming sementara peristiwa-peristiwa yang terjadi entah akan membuktikan kebenaran mimpinya atau menunjukkan bahwa Bowie tak lebih dari sekadar nabi palsu yang gila.
Sementara itu, kita yang hidup di antara desingan peluru tentu dapat setuju dengan Bowie atau memintanya untuk enyah saja, karena ada banyak contoh “tokoh politik” yang menurutnya dapat “membereskan semua kekacauan”—tetapi tidak satu pun yang bertindak dengan cara pragmatis nan indah seperti yang dibayangkan Bowie.
Di Chile, misalnya, sebuah junta fasis yang lumayan ortodoks telah, dalam dua tahun, membantai 30.000 penduduk negara tersebut, memenjarakan 200.000 lainnya dan membuat 22.000 istri jadi janda dan 66.000 anak jadi yatim; situasi yang mendekati harapan Bowie karena pembantaian yang dikelola oleh Augusto Pinochet ini memang digerakkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari CIA, Departemen Luar Negeri AS dan kepentingan bisnis Amerika.
Tiga badan ini tentu saja antara ada dan tiada dalam arah nasib sebagian besar Amerika Latin dan Karibia. Pengakuan yang samar tapi nyata, termasuk keterlibatan AS di Chile (seperti yang diakui oleh Direktur CIA William Colby di hadapan Kongres), tetap gagal mengusir kadar “imajiner” campur-tangan badan-badan Amerika ini.
Seperti komentar salah seorang mantan mata-mata CIA baru-baru ini:
“Sekarang ini, jika Gunung Etna meletus, orang mengiranya ulah CIA.”
Namun, sementara ini, mari bahas saja bagaimana Junta Chile menumpahkan darah salah seorang keluarga – Joan dan Victor Jara. Joan adalah seorang guru tari yang tinggal di London sebelum pindah ke Chile sekitar 20 tahun lalu bersama kelompok bernama Josse Ballet. Menurut Joan, kelompoknya ini sudah hampir vakum.
“Ketika saya bertemu Victor, saya ada dalam dunia yang sangat kecil, yaitu, katakanlah, dunia tari. Victor membuka mata saya. Dia membawa saya keluar ke dunia ini. Dia membuat saya menyentuh, melihat, merasakan banyak hal, dan saya memahami Chile untuk pertama kalinya.”
Dulu Victor biasa bermain gitar dan menulis lagu-lagu folk. Namun, tentara menghancurkan tangannya dengan kapak dan memberondongnya dengan senapan mesin supaya dia tak bermain gitar lagi.
Peristiwa ini adalah salah satu contoh kegilaan junta yang berkuasa pada 11 September 1973, yang mengakhiri Pemerintahan Persatuan Rakyat Salvador Allende.
Victor adalah korban awal kudeta tersebut karena sebelumnya dia menempatkan dirinya bersama buruh dan petani Chile, membakar semangat mereka dengan sejarah dan potensi pengetahuan lokal Chile.
Allende adalah korban awal lainnya karena alasan yang agak serupa. Program pemerintahannya adalah reformasi menyeluruh – distribusi tanah, nasionalisasi korporasi-korporasi besar (khususnya perusahaan-perusahaan tambang tembaga milik AS yang menjadi sumber bagi 80% pendapatan luar negeri Chile), dan reorientasi radikal layanan kesehatan, pendidikan dan perumahan.
Allende dan pemerintahan Persatuan Rakyatnya sudah separuh jalan dalam melaksanakan programnya ketika pukulan balasan tersebut –pertama kali muncul di kalangan pejabat militer kelas menengah lalu menjalari para pebisnis dan jenderal – akhirnya meletus pada bulan September.
Joan: “Menurutku, hal yang membedakan Chile dengan negara Amerika Latin lainnya adalah tradisi perjuangan kelas pekerjanya yang begitu panjang. Sudah pernah ada pembantaian-pembantaian pekerja, tetapi para pekerja bergabung kembali, mengorganisir dirinya kembali, memprotes kembali dan melakukan mogok melawan represi yang paling brutal. Ini bisa ditelusuri jauh hingga awal abad ini, pengorganisiran macam ini … dan atas dasar inilah, Pemerintahan Dr. Allende dibangun.”
Dua sejoli Jara bertemu sekitar tahun 1958 saat Victor menjadi murid di salah satu kelas tari Joan. Karena Victor yang baik, Joan memutuskan untuk menonton salah satu drama yang disutradarai oleh Victor. “Drama itu,” kata Joan, “adalah drama pertama yang sangat jujur yang pernah saya tonton di Chile. Realitas Jara adalah realitas Chile, bukan realitas yang diimpor dari tempat lain.”
Realitas Chile kala itu adalah penduduk sebanyak 10 juta – yang 3 juta di antaranya memadati daerah-daerah kumuh di Santiago. Di sebelah selatan, terdapat ladang-ladang batu bara, minyak dan tembaga, dan tanah-tanah luas yang sedikit digarap oleh keluarga-keluarga oligarkis Chile lewat “bantuan” petani. Di sebelah utara, terdapat tambang-tambang nitrat yang telah ditinggalkan, dan daerah-daerah di sekitarnya yang diserahkan oleh Inggris setelah pupuk sintetis ditemukan. Pada saat itu, orang-orang Amerika sudah berdatangan ke negara tersebut dan di mana-mana meletus kerusuhan protes buruh yang direpresi oleh pemerintah.
Pemerintahan Kristen Demokratik Eduardo Frei berkuasa pada tahun 1964 dan awalnya menjanjikan sejumlah reformasi. Namun, perlahan-lahan, Frei melepas topeng revolusionernya – akhirnya melakukan lebih banyak represi, yang kali ini termasuk membantai petani secara terang-terangan.
Gerakan Lagu Chile Baru sudah hadir secara perlahan kala itu. Ia bermula dari sebuah klub folk kecil yang disebut Pena Los Paras. Pemimpinnya adalah seorang perempuan bernama Violeta Parra yang hidupnya dihabiskan untuk menjelajahi pedesaan Chile, ala Woody Guthrie, untuk mengumpulkan lagu-lagu – dan mengarang beberapa lagunya sendiri.
Joan: “Keseluruhan gerakan ini mulai menguat sekitar tahun 1967 dengan terbentuknya Inti-Illamani dan Quilapayun. Victor bekerja dengan Quilapayun pada tiga tahun pertama pendiriannya, dan bersama kelompok ini dan Victor, Angel dan Isabella (anak-anak Violeta), kekuatannya jadi berlipat-ganda.”
Di universitas-universitas juga, ada desakan-desakan untuk perubahan dan, pada tahun 1969, kedua gerakan tersebut berkolaborasi di Universitas Katolik Santiago yang hingga kini reaksioner, tempat festival Gerakan Lagu Chile Baru pernah digelar. Hal yang membuat penasaran adalah festival tersebut dibuka oleh rektor universitas, salah seorang anggota partai Kristen Demokratik milik Frei—sosok yang merupakan sasaran kritik dalam sebagian besar karya Gerakan Lagu Baru tersebut.
Victor memenangi juara pertama lewat lagu yang berjudul “Doa untuk Seorang Buruh”, yang dia nyanyikan di stadion tempat ia akan disiksa dan ditembak-mati empat tahun kemudian.
“Meningkatnya gerakan ini terjadi bahkan sebelum kampanye Presiden Allende,” kata Joan. “Namun, waktu itu media terpaksa harus mengakui fenomena tersebut. Ada akses yang lebih besar terhadap media daripada sebelumnya. Dan alih-alih dinyanyikan secara sembunyi-sembunyi, lagu tersebut jadi populer untuk pertama kalinya. Lagu-lagu tersebut ada di radio dan televisi. Gerakan Lagu Baru tersebut menjadi senjata yang luar biasa – jika mau disebut begitu – dalam pertarungan penyadaran rakyat. Ia jadi cara komunikasi yang luar biasa."
Sementara itu, Allende menyalonkan dirinya untuk menduduki jabatan tertinggi di negara tersebut—tamparan keras bagi kepentingan korporat AS yang melihat kampanye Allende tentang “Marxisme konstitusional” sebagai strategi terselubung kaum Komunis. Oposisi diciptakan dalam banyak bentuk – kadang pada tingkat yang informal, hampir subliminal, dan pada kesempatan lain, seperti dalam kasus sebelas korporasi terbesar di dunia, dilakukan layaknya perang-perang salib mematikan yang terang-terangan.
"Subversi di Chile (Sebuah Studi Kasus dalam Intrik Korporat AS di Dunia Ketiga)" memproduksi ulang memoranda internal ITT korporasi AS pada masa tersebut. Kebuntuan pada pemilu September 1970 memberi ITT rasa optimis. Keputusannya waktu itu ada di tangan Parlemen Chile, dan ITT berharap sebuah manuver konstitusional yang disebut “rumus Allesandri” akan menggabungkan kaum demokrat Kristen dan kandidat sayap kanan Jorge Allesandri untuk mengalahkan Allende. Untuk berjaga-jaga, ITT berupaya mendorong sang Demokrat Kristen, Aduardo Frei, untuk “mengantisipasi” (artinya mendorong) kekerasan dari kelompok kiri – yang akan “secara moral membenarkan intervensi angkatan bersenjata untuk waktu yang tak terbatas.” Namun, Frei tidak mau ikut serta dalam manuver tersebut.
Rencana kedua diajukan oleh William Broe, direktur CIA untuk Departemen Amerika Latin. Bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan besar AS, CIA dan ITT akan menciptakan keruntuhan ekonomi di Chile. ITT akan mengurusi rekrutmennya, sementara CIA menangani sisanya.
Alasannya, keruntuhan ekonomi akan membawa Chile hingga ke titik krisis sehingga “memaksa” Frei dan tentara untuk memasang pemerintahan militer (skenario yang anehnya mirip dengan hal yang mengawali kudeta 1973). Namun, rencana kedua juga gagal saat kaum Demokrat Kristen memutuskan untuk mendukung pencalonan Allende pada 5 Oktober.
Namun, di hari yang sama, William Merriam, wakil presiden ITT Washington menulis sebuah memo untuk mantan mata-mata CIA, John McCone—kini salah seorang anggota dewan ITT—yang di dalamnya dia membahas pendekatan yang “terus dilakukan untuk memilih anggota angkatan bersenjata supaya memimpin pemberontakan … belum berhasil hingga saat ini”.
Ada juga yang konyol. Sebuah memo yang dikirim kepada Merriam oleh seorang wakil presiden senior.
“Perihal: “Kandidat Chile”.
“Secara fisik, Allende pendek, wajahnya merah, berambut keriting, dan omongannya keras. Dalam kenyataan sesungguhnya, dia tidak tampak begitu muda dan menarik seperti yang ada dalam foto-foto di New York Times.”
Joan: “Kami sedang menonton TV saat seorang teman memanggil dan berkata bahwa Allende menang. Kami tidak percaya. Kami pergi ke Federasi Mahasiswa di pusat kota. Massa telah berkumpul. Orang-orang tiba dari daerah-daerah kumuh, datang dengan kuda dan gerobaknya yang penuh orang. Tak ada yang percaya Allende benar-benar menang.
“Lalu berita resmi muncul dan mengatakan bahwa Allende meraih suara terbanyak. Ini sangat luar biasa.
“Semua orang yang telah berjuang sepanjang hidupnya menangis. Allende sampai dan hampir menangis. Saya ingat saya mendapat kehormatan untuk menyelamatinya. Dan dia berkata: “Peluk saya lebih erat karena hari ini adalah hari yang sangat istimewa”.
“Dalam hal tertentu, saya terlalu keinggrisan. Saya malu. Dan dia berkata, “Peluk saya dengan erat.” Lalu dia naik ke balkon bangunan kumuh yang besarnya mungkin tiga kali satu setengah kaki. Dia berjalan dan melambaikan tangan ke semua orang yang memadati jalan. Dan mereka adalah rakyat Chile. Rakyat Chile yang sesungguhnya.”
Sementara itu, Allende menyalonkan dirinya untuk menduduki jabatan tertinggi di negara tersebut—tamparan keras bagi kepentingan korporat AS yang melihat kampanye Allende tentang “Marxisme konstitusional” sebagai strategi terselubung kaum Komunis. Oposisi diciptakan dalam banyak bentuk – kadang pada tingkat yang informal, hampir subliminal, dan pada kesempatan lain, seperti dalam kasus sebelas korporasi terbesar di dunia, dilakukan layaknya perang-perang salib mematikan yang terang-terangan.
"Subversi di Chile (Sebuah Studi Kasus dalam Intrik Korporat AS di Dunia Ketiga)" memproduksi ulang memoranda internal ITT korporasi AS pada masa tersebut. Kebuntuan pada pemilu September 1970 memberi ITT rasa optimis. Keputusannya waktu itu ada di tangan Parlemen Chile, dan ITT berharap sebuah manuver konstitusional yang disebut “rumus Allesandri” akan menggabungkan kaum demokrat Kristen dan kandidat sayap kanan Jorge Allesandri untuk mengalahkan Allende. Untuk berjaga-jaga, ITT berupaya mendorong sang Demokrat Kristen, Aduardo Frei, untuk “mengantisipasi” (artinya mendorong) kekerasan dari kelompok kiri – yang akan “secara moral membenarkan intervensi angkatan bersenjata untuk waktu yang tak terbatas.” Namun, Frei tidak mau ikut serta dalam manuver tersebut.
Rencana kedua diajukan oleh William Broe, direktur CIA untuk Departemen Amerika Latin. Bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan besar AS, CIA dan ITT akan menciptakan keruntuhan ekonomi di Chile. ITT akan mengurusi rekrutmennya, sementara CIA menangani sisanya.
Alasannya, keruntuhan ekonomi akan membawa Chile hingga ke titik krisis sehingga “memaksa” Frei dan tentara untuk memasang pemerintahan militer (skenario yang anehnya mirip dengan hal yang mengawali kudeta 1973). Namun, rencana kedua juga gagal saat kaum Demokrat Kristen memutuskan untuk mendukung pencalonan Allende pada 5 Oktober.
Namun, di hari yang sama, William Merriam, wakil presiden ITT Washington menulis sebuah memo untuk mantan mata-mata CIA, John McCone—kini salah seorang anggota dewan ITT—yang di dalamnya dia membahas pendekatan yang “terus dilakukan untuk memilih anggota angkatan bersenjata supaya memimpin pemberontakan … belum berhasil hingga saat ini”.
Ada juga yang konyol. Sebuah memo yang dikirim kepada Merriam oleh seorang wakil presiden senior.
“Perihal: “Kandidat Chile”.
“Secara fisik, Allende pendek, wajahnya merah, berambut keriting, dan omongannya keras. Dalam kenyataan sesungguhnya, dia tidak tampak begitu muda dan menarik seperti yang ada dalam foto-foto di New York Times.”
Joan: “Kami sedang menonton TV saat seorang teman memanggil dan berkata bahwa Allende menang. Kami tidak percaya. Kami pergi ke Federasi Mahasiswa di pusat kota. Massa telah berkumpul. Orang-orang tiba dari daerah-daerah kumuh, datang dengan kuda dan gerobaknya yang penuh orang. Tak ada yang percaya Allende benar-benar menang.
“Lalu berita resmi muncul dan mengatakan bahwa Allende meraih suara terbanyak. Ini sangat luar biasa.
“Semua orang yang telah berjuang sepanjang hidupnya menangis. Allende sampai dan hampir menangis. Saya ingat saya mendapat kehormatan untuk menyelamatinya. Dan dia berkata: “Peluk saya lebih erat karena hari ini adalah hari yang sangat istimewa”.
“Dalam hal tertentu, saya terlalu keinggrisan. Saya malu. Dan dia berkata, “Peluk saya dengan erat.” Lalu dia naik ke balkon bangunan kumuh yang besarnya mungkin tiga kali satu setengah kaki. Dia berjalan dan melambaikan tangan ke semua orang yang memadati jalan. Dan mereka adalah rakyat Chile. Rakyat Chile yang sesungguhnya.”
Pasar saham Chile merespons kemenangan Allende dengan aktivitas penjualan yang tinggi dan panik. Ada kelangkaan makanan, penimbunan barang, dan indikator buruk lainnya dari sektor privat. Namun, bagi Victor, menangnya Allende berarti menantinya tur-tur ke Amerika Latin, Eropa dan konser-konser raksasa di Santiago sendiri. Di daerah-daerah kumuh dan pabrik-pabrik di Chile, dia mengorganisir festival-festival lagu. Dia merekam sebuah lagu berjudul “Shanty** untuk Rakyat Herminda de la Victoria”, tempat seorang bayi tewas tertembus peluru polisi saat kerusuhan berlangsung. Petani-petani Rankil di selatan Chile meminta Victor untuk menulis lagu tentang pembantaian yang mereka alami pada tahun 1930-an. Saat menulis lagu inilah Jara sendiri ditangkap.
Allende sendiri tak pernah lepas dari masa-masa sulit pasca kemenangannya. Setelah pemilu, sekrup-sekrup keuangan mencekik lehernya. Bank Dunia (dipimpin oleh seorang direktur Amerika) menghentikan semua pinjaman. Inter-American Development Bank – yang menggelontorkan pinjaman pada Chile sebesar US$300 juta antara tahun 1959 dan 1970 – menciutkan pinjamannya menjadi US$12 juta selama tiga tahun Allende menjabat. Itu pun semuanya masuk ke kantong sepasang universitas sayap kanan.
Sementara itu, CIA menyelundupkan “uang campur-tangan” sekitar US$ 8 juta ke Chile (angka yang dikonfirmasi oleh Colby di hadapan Kongres AS). Henry Kissinger memperjelas posisi Departemen Luar Negeri AS saat, pada 27 Juni 1970, dia berkata dalam sebuah pertemuan 40 Komite: “Saya tak punya alasan mengapa kita harus berdiam diri dan menyaksikan sebuah negara jadi komunis hanya karena rakyatnya teledor.”
Untuk semakin memperkeruh situasi, Allende terbenam dalam masalah ekonomi yang dibuatnya sendiri. Banyak di antaranya bersumber dari prinsip “konstitusional”-nya – posisi yang memaksanya untuk bekerjasama dengan pedagang kecil, industrialis minor dan pejabat militer, yang sebagian besar menentang doktrin Marxisnya dan yang melahirkan kudeta 1973.
Joan: “Kami jarang berbincang. Kami pernah berlibur bersama, tetapi Victor selalu datang dan pergi. Pergi tur dan lain-lain … menyanyi. Dan saya juga sibuk dengan kerja saya sendiri. Rasanya seperti ada perayaan saat Victor bisa ada di rumah pada hari Minggu.
“Saya bahagia, dalam arti kami melakukan hal yang kami rasa harus dilakukan, hal yang perlu diselesaikan. Maksudnya, saya tidak meratapi dan menangisi kenyataaan tersebut. Saya sibuk di sekolah tari saat itu dan, katakanlah, hal yang saya lakukan di Chile, dalam cara yang skematis, menggambarkan perubahan-perubahan yang telah terjadi. Saya menari di hadapan audiens elit di teater kota dan melakukan tur Amerika Latin bersama Ballet Chile. Menari untuk ribuan orang yang itu-itu juga di Santiago.
“Lalu sejak tahun 1970 hingga 1973, saya mendedikasikan diri sebagai guru tari yang begitu dibutuhkan bahkan di daerah-daerah kumuh. Mengajari anak-anak buruh pabrik. Berkeliling Chile dan mengajarkan tari sebagai medium pendidikan.
Beban kerja duo Jara ini meningkat dengan sangat cepat selama bulan-bulan menjelang kudeta. Pada saat ini, pemerintahan Allende begitu tertekan dan di mana-mana ada tanda-tanda plot yang terkoordinasi untuk menjatuhkan pemerintahan Persatuan Rakyat tersebut. Kampanye yang makin santer setelah nasionalisasi tambang tembaga pada bulan Septemper (tidak ada kompensasi diberikan setelahnya) ini memuncak untuk pertama kalinya pada bulan Oktober lewat mogok bersenjata yang dilakukan oleh pemilik bus dan alat berat.
Sempat ada surut sebentar selama pemilu-pemilu Maret 1973 (Allende meningkatkan mayoritas perolehan suaranya hingga 44%), tetapi pada pertengahan Maret, plot kudeta muncul kembali dan berkembang hingga melibatkan para jenderal, laksamana hinga berbagai pebisnis.
Pada 25 Juni, sebuah resimen tank menyerang istana Allende – satu dari tiga awal kudeta yang keliru, yang dimulai antara 18 Mei dan 18 Agustus. Pada 23 Agustus, Jenderal Prats, salah seorang sosok kunci yang ditunjuk oleh pemerintahan Allende, mengundurkan diri dari tawaran untuk mengepalai tiga angkatan bersenjata. Prats digantikan oleh Jenderal Pinochet sebagai kepala seluruh angkatan bersenjata.
Joan: “10 September adalah hari normal terakhir saat seluruh orang berada dalam situasi yang sangat tegang. Menunggu, katakanlah, instruksi tentang hal yang harus dilakukan. Pemerintahan Presiden Allende telah dianggap tidak sah lewat voting dan kini kami tahu bahwa kudeta pasti terjadi sebelum Peringatan Kemerdekaan, yang jatuh pada 18 September. Inilah hari saat angkatan bersenjata harusnya berbaris di depan Presiden Chile sebagai tanda kesetiaan dan untuk merayakan kemerdekaan dari Spanyol.
“Saya melewatkan 10 September – tampak konyol memang – dengan mengajar kelas tari. Ini bukan karena kami tidak sadar tetapi karena itulah yang harus dilakukan. Pada 11 September, saya mengantar kedua anak perempuan saya ke sekolah. Sekolah-sekolah di Chile mulai sangat pagi. Pukul delapan. Dan saat saya pulang ke rumah, saya menyadari hal yang terjadi.
“Bahwa ada aksi-aksi kelompok tentara, bahwa Allende telah turun ke Moneda [istana presiden] dan bahwa Pinochet menduduki kekuasaan dan orang-orang diminta untuk tetap bekerja seperti biasa dan kami sadar bahwa kudeta telah dimulai.
“Saya bergegas kembali ke sekolah untuk menjemput anak-anak. Saat saya tiba di rumah, Victor bersiap keluar. Secara teknis, tempat kerjanya adalah universitas dan tepat pada hari tersebut, ada pembukaan pameran tentang Fasisme dan kengerian perang sipil – dan Allende seharusnya ada di sana untuk membukanya dan Victor seharusnya tampil di sana. Jadi Victor menelepon universitas tersebut dan berangkat karena itu adalah kewajibannya.
“Dan saat tiba di sana, dia menelpon saya dan berkata: ‘Halo, aku sudah sampai OK.’ Dia berkata bahwa pusat kota telah ditutup. ‘Tetap di rumah. Jaga anak-anak. Nanti aku coba telepon lagi.’ Radio – tempat Allende sebelumnya berpidato – telah dibom. Allende telah berpidato untuk terakhir kalinya. Radio-radio Persatuan Rakyat telah dibom.
“Sekarang satu-satunya hal yang saya dengar di radio adalah tentara berbaris di jalan-jalan. Tak ada yang lain. Tentara berbaris sepanjang hari. Lalu kami, menanti di rumah – kami mendengar deru dan ledakan. Pesawat menjatuhkan bomnya ke arah daerah-daerah kumuh menuju pegunungan.
“Dan suara pesawat pembom lainnya datang dan datang lagi menuju sasaran yang sama, lalu pesawat-pesawat tersebut mengubah sasarannya, dan mulai membombardir rumah Allende yang dekat dengan kami … sekitar empat atau lima blok jauhnya.
“Mandy dan teman-temannya bermain di luar dan saya memanggil mereka untuk masuk, lalu meminta mereka untuk bermain rumah-rumahan di bawah meja. Namun, Manuela dan saya, kami menyaksikan hal yang terjadi, helikopter-helikopter terbang rendah dan memberondongkan senapan mesinnya ke atas pepohonan.
“Serangan sedikit mereda di distrik kami. Saya coba menelepon Victor. Telepon tidak diputus. Setelah sebentar, saya berhasil menelepon universitas tersebut dan menanyakan keberadaan Victor. Dia pun kemudian berbicara di telepon. “Kami berbicara. Saya menceritakan padanya hal yang terjadi dan dia berkata: ‘Tetap tenang. Tetap di rumah. Aku akan menginap di sini.’ Dan, ya, itu saja. Lalu sekitar pukul setengah lima, dia menelpon saya lagi dan kami bertukar kabar. Kami memberitahunya bahwa situasi di sekitar rumah Allende cukup tenang dan kami bertanya apakah dia tahu situasi di sekitar Moneda. Dia berkata bahwa Moneda telah luluh-lantak dan dilalap api, dan bahwa dia tidak akan bisa kembali ke rumah karena tentara ada di mana-mana.
“Dia harus menginap di universitas tersebut malam itu, tetapi dia berkata dia akan coba pulang ke rumah saat jam malam berakhir di pagi hari. Dan, ya, terakhir kali adalah dia berkata betapa dia sangat mencintai saya, dan, ya, saya mengatakan bahwa saya juga cinta dia, dan kami mengakhiri perbincangan.
Allende sendiri tak pernah lepas dari masa-masa sulit pasca kemenangannya. Setelah pemilu, sekrup-sekrup keuangan mencekik lehernya. Bank Dunia (dipimpin oleh seorang direktur Amerika) menghentikan semua pinjaman. Inter-American Development Bank – yang menggelontorkan pinjaman pada Chile sebesar US$300 juta antara tahun 1959 dan 1970 – menciutkan pinjamannya menjadi US$12 juta selama tiga tahun Allende menjabat. Itu pun semuanya masuk ke kantong sepasang universitas sayap kanan.
Sementara itu, CIA menyelundupkan “uang campur-tangan” sekitar US$ 8 juta ke Chile (angka yang dikonfirmasi oleh Colby di hadapan Kongres AS). Henry Kissinger memperjelas posisi Departemen Luar Negeri AS saat, pada 27 Juni 1970, dia berkata dalam sebuah pertemuan 40 Komite: “Saya tak punya alasan mengapa kita harus berdiam diri dan menyaksikan sebuah negara jadi komunis hanya karena rakyatnya teledor.”
Untuk semakin memperkeruh situasi, Allende terbenam dalam masalah ekonomi yang dibuatnya sendiri. Banyak di antaranya bersumber dari prinsip “konstitusional”-nya – posisi yang memaksanya untuk bekerjasama dengan pedagang kecil, industrialis minor dan pejabat militer, yang sebagian besar menentang doktrin Marxisnya dan yang melahirkan kudeta 1973.
Joan: “Kami jarang berbincang. Kami pernah berlibur bersama, tetapi Victor selalu datang dan pergi. Pergi tur dan lain-lain … menyanyi. Dan saya juga sibuk dengan kerja saya sendiri. Rasanya seperti ada perayaan saat Victor bisa ada di rumah pada hari Minggu.
“Saya bahagia, dalam arti kami melakukan hal yang kami rasa harus dilakukan, hal yang perlu diselesaikan. Maksudnya, saya tidak meratapi dan menangisi kenyataaan tersebut. Saya sibuk di sekolah tari saat itu dan, katakanlah, hal yang saya lakukan di Chile, dalam cara yang skematis, menggambarkan perubahan-perubahan yang telah terjadi. Saya menari di hadapan audiens elit di teater kota dan melakukan tur Amerika Latin bersama Ballet Chile. Menari untuk ribuan orang yang itu-itu juga di Santiago.
“Lalu sejak tahun 1970 hingga 1973, saya mendedikasikan diri sebagai guru tari yang begitu dibutuhkan bahkan di daerah-daerah kumuh. Mengajari anak-anak buruh pabrik. Berkeliling Chile dan mengajarkan tari sebagai medium pendidikan.
Beban kerja duo Jara ini meningkat dengan sangat cepat selama bulan-bulan menjelang kudeta. Pada saat ini, pemerintahan Allende begitu tertekan dan di mana-mana ada tanda-tanda plot yang terkoordinasi untuk menjatuhkan pemerintahan Persatuan Rakyat tersebut. Kampanye yang makin santer setelah nasionalisasi tambang tembaga pada bulan Septemper (tidak ada kompensasi diberikan setelahnya) ini memuncak untuk pertama kalinya pada bulan Oktober lewat mogok bersenjata yang dilakukan oleh pemilik bus dan alat berat.
Sempat ada surut sebentar selama pemilu-pemilu Maret 1973 (Allende meningkatkan mayoritas perolehan suaranya hingga 44%), tetapi pada pertengahan Maret, plot kudeta muncul kembali dan berkembang hingga melibatkan para jenderal, laksamana hinga berbagai pebisnis.
Pada 25 Juni, sebuah resimen tank menyerang istana Allende – satu dari tiga awal kudeta yang keliru, yang dimulai antara 18 Mei dan 18 Agustus. Pada 23 Agustus, Jenderal Prats, salah seorang sosok kunci yang ditunjuk oleh pemerintahan Allende, mengundurkan diri dari tawaran untuk mengepalai tiga angkatan bersenjata. Prats digantikan oleh Jenderal Pinochet sebagai kepala seluruh angkatan bersenjata.
Joan: “10 September adalah hari normal terakhir saat seluruh orang berada dalam situasi yang sangat tegang. Menunggu, katakanlah, instruksi tentang hal yang harus dilakukan. Pemerintahan Presiden Allende telah dianggap tidak sah lewat voting dan kini kami tahu bahwa kudeta pasti terjadi sebelum Peringatan Kemerdekaan, yang jatuh pada 18 September. Inilah hari saat angkatan bersenjata harusnya berbaris di depan Presiden Chile sebagai tanda kesetiaan dan untuk merayakan kemerdekaan dari Spanyol.
“Saya melewatkan 10 September – tampak konyol memang – dengan mengajar kelas tari. Ini bukan karena kami tidak sadar tetapi karena itulah yang harus dilakukan. Pada 11 September, saya mengantar kedua anak perempuan saya ke sekolah. Sekolah-sekolah di Chile mulai sangat pagi. Pukul delapan. Dan saat saya pulang ke rumah, saya menyadari hal yang terjadi.
“Bahwa ada aksi-aksi kelompok tentara, bahwa Allende telah turun ke Moneda [istana presiden] dan bahwa Pinochet menduduki kekuasaan dan orang-orang diminta untuk tetap bekerja seperti biasa dan kami sadar bahwa kudeta telah dimulai.
“Saya bergegas kembali ke sekolah untuk menjemput anak-anak. Saat saya tiba di rumah, Victor bersiap keluar. Secara teknis, tempat kerjanya adalah universitas dan tepat pada hari tersebut, ada pembukaan pameran tentang Fasisme dan kengerian perang sipil – dan Allende seharusnya ada di sana untuk membukanya dan Victor seharusnya tampil di sana. Jadi Victor menelepon universitas tersebut dan berangkat karena itu adalah kewajibannya.
“Dan saat tiba di sana, dia menelpon saya dan berkata: ‘Halo, aku sudah sampai OK.’ Dia berkata bahwa pusat kota telah ditutup. ‘Tetap di rumah. Jaga anak-anak. Nanti aku coba telepon lagi.’ Radio – tempat Allende sebelumnya berpidato – telah dibom. Allende telah berpidato untuk terakhir kalinya. Radio-radio Persatuan Rakyat telah dibom.
“Sekarang satu-satunya hal yang saya dengar di radio adalah tentara berbaris di jalan-jalan. Tak ada yang lain. Tentara berbaris sepanjang hari. Lalu kami, menanti di rumah – kami mendengar deru dan ledakan. Pesawat menjatuhkan bomnya ke arah daerah-daerah kumuh menuju pegunungan.
“Dan suara pesawat pembom lainnya datang dan datang lagi menuju sasaran yang sama, lalu pesawat-pesawat tersebut mengubah sasarannya, dan mulai membombardir rumah Allende yang dekat dengan kami … sekitar empat atau lima blok jauhnya.
“Mandy dan teman-temannya bermain di luar dan saya memanggil mereka untuk masuk, lalu meminta mereka untuk bermain rumah-rumahan di bawah meja. Namun, Manuela dan saya, kami menyaksikan hal yang terjadi, helikopter-helikopter terbang rendah dan memberondongkan senapan mesinnya ke atas pepohonan.
“Serangan sedikit mereda di distrik kami. Saya coba menelepon Victor. Telepon tidak diputus. Setelah sebentar, saya berhasil menelepon universitas tersebut dan menanyakan keberadaan Victor. Dia pun kemudian berbicara di telepon. “Kami berbicara. Saya menceritakan padanya hal yang terjadi dan dia berkata: ‘Tetap tenang. Tetap di rumah. Aku akan menginap di sini.’ Dan, ya, itu saja. Lalu sekitar pukul setengah lima, dia menelpon saya lagi dan kami bertukar kabar. Kami memberitahunya bahwa situasi di sekitar rumah Allende cukup tenang dan kami bertanya apakah dia tahu situasi di sekitar Moneda. Dia berkata bahwa Moneda telah luluh-lantak dan dilalap api, dan bahwa dia tidak akan bisa kembali ke rumah karena tentara ada di mana-mana.
“Dia harus menginap di universitas tersebut malam itu, tetapi dia berkata dia akan coba pulang ke rumah saat jam malam berakhir di pagi hari. Dan, ya, terakhir kali adalah dia berkata betapa dia sangat mencintai saya, dan, ya, saya mengatakan bahwa saya juga cinta dia, dan kami mengakhiri perbincangan.
“Dan itulah saat terakhir kami berbicara.”
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang Pinochet punya selera mengerikan, layaknya kediktatoran mana pun yang pernah ada. Sebuah laporan Hak Asasi Manusia dari PBB menggambarkan bahwa brutalitas kekerasan terhadap perempuan di bawah rezim ini “tiada bandingannya”, sementara Amnesty International mencatat bahwa “penyiksaan menjadi kebijakan resmi pemerintah Chile tersebut”. Kamp-kamp penjara dan pusat penyiksaan segera dibangun di seluruh Chile yang otoritas “pemeriksaan”nya ada di tangan badan intelijen DINA yang ditakuti. DINA setiap hari berkeliling ke desa-desa dengan mobil-mobil Chevrolet polos, berpakaian preman sambil menenteng senjata.
Sebuah laporan dari Komite Chile untuk Hak Asasi manusia menerbitkan beberapa kesaksian tangan pertama tentang tindakan DINA dan angkatan bersenjata serta polisi lokal; salah satunya diceritakan oleh seorang ibu yang menggambarkan bagaimana suatu hari kedua anak laki-lakinya dan satu dari menantu perempuannya “menghilang” – dan bagaimana, satu dari anak laki-laki tersebut, dengan wajah yang tampak sakit dan kurus, dibawa pulang oleh militer untuk mengambil bayinya yang baru berumur 9 bulan.
Hanya berkat intervensi langsung Kardinal Santiago lah bayi tersebut berhasil lolos dari penangkapan. Seorang petani perempuan yang suaminya dipenjara melaporkan bahwa dia diperkosa 18 kali dalam enam hari. Pada kali terakhir, dia disetrum listrik dan kakinya dicap dengan besi panas bertandakan palu dan arit.
Kesaksian lain menggambarkan bagaimana kepala tikus dimasukkan ke dalam vagina perempuan. Menurut laporan ini, banyak rumor yang mengatakan bahwa Walter Rauf, mantan Nazi yang membantai ribuan Yahudi, pernah punya, dan mungkin masih punya, posisi yang berpengaruh di Departemen Investigasi.
Pendidikan sepenuhnya ada di tangan militer yang, di tengah maraknya pembakaran buku, melarang semua “mata pelajaran berbahaya” (ilmu sosial dan filsafat), menggantinya dengan instruksi-instruksi tentang “moralitas” dan “keamanan nasional”.
Sebuah surat dari kepala sekolah di La Reina untuk orang tua dan wali murid berbunyi: “Sesuai perintah Badan Militer, Brigadir Jenderal Nilo Floody Buxter, rektor Universitas Santa Rita, mengundang semua orang tua dan wali murid untuk hadir dalam pertemuan yang akan diadakan pada Selasa, 3 September, pukul 8 pagi tepat di Balai Univeritas, Av. Larrain No. 7437. Jika tidak hadir, maka pihak berwenang punya alasan untuk segera menangkap Anda.”
Daftar pemilih pemilu sudah jadi bubur, Kongres Serikat Pekerja Chile dilarang, negosiasi badan pekerja dengan perusahaan dilarang. Secara ekonomi, indikasi-indikasi jadi lebih muram daripada fantasi-fantasi terburuk Marxis sekalipun.
Inflasi pada bulan Juni berada pada 360% dan diperkirakan akan mencapai 600% pada akhir tahun. (Angka-angka ini, dari Bank Dunia, masih dianggap sebagai perkiraan yang minimal. Perkiraan lain menyatakan bahwa inflasi akan mencapai 1.000 dan bahkan 1.300% pada akhir tahun.) Pengangguran, secara alamiah, mewabah; 20% dari angkatan kerja, menurut studi Bank Dunia yang sama.
Yang menyakitkan hati seperti kebanyakan aspek lain dari rezim junta Pinochet adalah “hilangnya” secara harafiah ribuan orang setiap hari. Banyak yang hilang selama jam-jam malam. Seringkali, yang hilang adalah “pelanggar hukum” atau “Marxis” dan, jika ada penjelasan resmi pemerintah yang muncul, biasanya mereka yang hilang disebut sebagai korban “pemberontakan orang Kiri”.
Victor Jara telah hilang selama dua hari saat Joan ditelepon oleh seorang pria yang mengatakan dirinya baru saja dibebaskan dari stadion tinju tempat Victor masih ditahan.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang Pinochet punya selera mengerikan, layaknya kediktatoran mana pun yang pernah ada. Sebuah laporan Hak Asasi Manusia dari PBB menggambarkan bahwa brutalitas kekerasan terhadap perempuan di bawah rezim ini “tiada bandingannya”, sementara Amnesty International mencatat bahwa “penyiksaan menjadi kebijakan resmi pemerintah Chile tersebut”. Kamp-kamp penjara dan pusat penyiksaan segera dibangun di seluruh Chile yang otoritas “pemeriksaan”nya ada di tangan badan intelijen DINA yang ditakuti. DINA setiap hari berkeliling ke desa-desa dengan mobil-mobil Chevrolet polos, berpakaian preman sambil menenteng senjata.
Sebuah laporan dari Komite Chile untuk Hak Asasi manusia menerbitkan beberapa kesaksian tangan pertama tentang tindakan DINA dan angkatan bersenjata serta polisi lokal; salah satunya diceritakan oleh seorang ibu yang menggambarkan bagaimana suatu hari kedua anak laki-lakinya dan satu dari menantu perempuannya “menghilang” – dan bagaimana, satu dari anak laki-laki tersebut, dengan wajah yang tampak sakit dan kurus, dibawa pulang oleh militer untuk mengambil bayinya yang baru berumur 9 bulan.
Hanya berkat intervensi langsung Kardinal Santiago lah bayi tersebut berhasil lolos dari penangkapan. Seorang petani perempuan yang suaminya dipenjara melaporkan bahwa dia diperkosa 18 kali dalam enam hari. Pada kali terakhir, dia disetrum listrik dan kakinya dicap dengan besi panas bertandakan palu dan arit.
Kesaksian lain menggambarkan bagaimana kepala tikus dimasukkan ke dalam vagina perempuan. Menurut laporan ini, banyak rumor yang mengatakan bahwa Walter Rauf, mantan Nazi yang membantai ribuan Yahudi, pernah punya, dan mungkin masih punya, posisi yang berpengaruh di Departemen Investigasi.
Pendidikan sepenuhnya ada di tangan militer yang, di tengah maraknya pembakaran buku, melarang semua “mata pelajaran berbahaya” (ilmu sosial dan filsafat), menggantinya dengan instruksi-instruksi tentang “moralitas” dan “keamanan nasional”.
Sebuah surat dari kepala sekolah di La Reina untuk orang tua dan wali murid berbunyi: “Sesuai perintah Badan Militer, Brigadir Jenderal Nilo Floody Buxter, rektor Universitas Santa Rita, mengundang semua orang tua dan wali murid untuk hadir dalam pertemuan yang akan diadakan pada Selasa, 3 September, pukul 8 pagi tepat di Balai Univeritas, Av. Larrain No. 7437. Jika tidak hadir, maka pihak berwenang punya alasan untuk segera menangkap Anda.”
Daftar pemilih pemilu sudah jadi bubur, Kongres Serikat Pekerja Chile dilarang, negosiasi badan pekerja dengan perusahaan dilarang. Secara ekonomi, indikasi-indikasi jadi lebih muram daripada fantasi-fantasi terburuk Marxis sekalipun.
Inflasi pada bulan Juni berada pada 360% dan diperkirakan akan mencapai 600% pada akhir tahun. (Angka-angka ini, dari Bank Dunia, masih dianggap sebagai perkiraan yang minimal. Perkiraan lain menyatakan bahwa inflasi akan mencapai 1.000 dan bahkan 1.300% pada akhir tahun.) Pengangguran, secara alamiah, mewabah; 20% dari angkatan kerja, menurut studi Bank Dunia yang sama.
Yang menyakitkan hati seperti kebanyakan aspek lain dari rezim junta Pinochet adalah “hilangnya” secara harafiah ribuan orang setiap hari. Banyak yang hilang selama jam-jam malam. Seringkali, yang hilang adalah “pelanggar hukum” atau “Marxis” dan, jika ada penjelasan resmi pemerintah yang muncul, biasanya mereka yang hilang disebut sebagai korban “pemberontakan orang Kiri”.
Victor Jara telah hilang selama dua hari saat Joan ditelepon oleh seorang pria yang mengatakan dirinya baru saja dibebaskan dari stadion tinju tempat Victor masih ditahan.
Victor, menurut pria tersebut, berpikir dia tak akan bisa bebas. Namun, dia berpesan bahwa Joan harus “merawat anak-anak. Tetap berani dan Victor selalu mencintainya.” Pada hari Minggunya, Joan mencari bantuan di Kedutaan Inggris. Lewat gerbang yang digembok, dia menjelaskan kesusahannya, dan disepakati bahwa atase angkatan laut akan menanyakan kabar suaminya pada militer.
Keesokan harinya, pertanyaan Joan disampaikan. Tidak ada penjelasan. Lalu, pada Selasa pagi – hari Peringatan Kemerdekaan Chile – seorang pria muda datang ke rumahnya, menunjukkan kartu pengenal dan meminta agar Joan memercayainya.
Pria tersebut bekerja di gedung jenazah, dan di antara jenazah-jenazah yang ada di sana, dia mengenali jenazah Victor. Dia juga mengatakan bahwa Joan harus segera datang untuk mengklaim jenazah suaminya karena jenazah-jenazah tersebut akan segera dikubur tanpa nama di kuburan massal.
“Kami masuk lewat pintu samping. Di luar ramai sekali orang menunggu. Ada daftar-daftar di pintu yang berisi informasi tentang Jenazah X, Pembunuhan Massal, disertai nomor – daftar panjang dan sesekali tertera nama. Lalu kami masuk ke dalam sebuah ruang yang begitu besar di gedung jenazah tersebut yang, saya pikir, merupakan sejenis balai, bukan tempat yang biasanya dipakai untuk menyemayamkan jenazah. Dan balai tersebut benar-benar penuh dengan ratusan jenazah yang meninggal akibat kekerasan. Jenazah dari segala umur. Kebanyakan kaum pekerja. Beberapa masih sangat muda. Beberapa lengan jenazah masih terikat di punggung. Dan dengan luka-luka yang mengerikan.
“Saya harus melewati seluruh jenazah ini, mencoba menemukan Victor. Dan dia tidak ada di sana. Lalu saya harus naik ke lantai dua – yang merupakan kantor, bagian administrasinya. Dalam perjalanan panjang menuju lantai dua, ada deretan jenazah. Dan di antara deretan tersebut … saya menemukan Victor.
“Saya masih ingat kondisi jenazah Victor karena jelas sekali dia telah mengalami penyiksaan. Tubuhnya penuh lubang peluru dan ada lubang menganga yang besar sekali di paha kanannya.
“Jenazahnya rusak dan tangannya lunglai di pergelangan tangannya. Dan saya merasa tangannya ini seperti tidak cocok dengan tubuhnya.
“Di saat yang sama, kepalanya telah dipukuli dan berlumuran darah serta memar. Namun, entah apakah ini penting untuk dikatakan, di antara semua jenazah yang saya saksikan, yang mati akibat kekerasan, ada ekspresi kemarahan, penolakan, di wajah Victor sekalipun ia sudah tiada.
“Saya harus kembali pulang ke rumah dan mengambil sertifikat pernikahan, dan membawanya kembali ke gedung jenazah tersebut. Mereka lalu membuatkan sertifikat kematian lalu saya dan pria muda ini menguburkan Victor. Gedung jenazah tersebut hampir bersebelahan dengan pemakamannya, dan Victor ditemani oleh saya dan orang asing tersebut – bukan orang asing; biasanya kami menyebutnya companero – lalu saya kembali ke rumah untuk bertemu anak saya.
“Selama jam-jam penantian saya di gedung jenazah tersebut, saya menyaksikan orang-orang di luar, keluarga-keluarga yang membaca daftar-daftar jenazah tersebut. Saya menyaksikan truk-truk militer bertanda palang merah masuk ke gedung jenazah, turun ke ruang bawah tanahnya, untuk menurunkan jenazah. Dan saat kami ingin meninggalkan gedung tersebut, ada lorong panjang menuju ke luar. Kami meletakkan jenazah Victor di bagasi, dan kami bertemu dengan salah satu truk yang ingin masuk, tetapi saya hanya berdiri di sana. Dan truk itu terpaksa mundur.”
Sesuai nasihat para jurnalis dan pejabat Kedutaan Inggris, Joan memutuskan untuk meninggalkan Chile dan berjuang sebagai orang buangan – kuliah-kuliah dan diskusi di seluruh Eropa, AS, Australia. Di Inggris, Joan mendapati bahwa pemerintahan Lory begitu memusuhi penduduk Chile yang kehilangan haknya. Rezim baru di Chile tersebut segera diakui dan kebijakan “tanpa pengungsi, tanpa pemukiman kumuh” dibuat.
Di antara bangsa-bangsa Eropa, Inggris hampir sendirian saat menolak memberikan pengungsian di Santiago kecuali bagi warga negara Inggris.
Betapapun begitu, investasi Inggris di Chile tetap lumayan. Ada 124 juta poundsterling hutang penyediaan senjata yang masih menunggak dan investasi sektor privat sebesar 15 juta poundsterling – pemain utamanya adalah British Leyland, Coats Partners, Unilever dan Antofagasta Railway. Adalah British Leyland yang, sebagai tanda persahabatan, menawarkan untuk menyumbang empat MG 1300 kepada rezim Pinochet dan, saat ditanyai tentang perilaku yang tak layak tersebut, Leyland menjelaskan bahwa mereka bertindak untuk “melindungi kepentingan substansial Inggris di Chile.”
Di antara bangsa-bangsa Eropa, Inggris hampir sendirian saat menolak memberikan pengungsian di Santiago kecuali bagi warga negara Inggris.
Betapapun begitu, investasi Inggris di Chile tetap lumayan. Ada 124 juta poundsterling hutang penyediaan senjata yang masih menunggak dan investasi sektor privat sebesar 15 juta poundsterling – pemain utamanya adalah British Leyland, Coats Partners, Unilever dan Antofagasta Railway. Adalah British Leyland yang, sebagai tanda persahabatan, menawarkan untuk menyumbang empat MG 1300 kepada rezim Pinochet dan, saat ditanyai tentang perilaku yang tak layak tersebut, Leyland menjelaskan bahwa mereka bertindak untuk “melindungi kepentingan substansial Inggris di Chile.”
Pemerintahan dari partai Buruh selanjutnya menunjukkan lebih banyak rasa benci pada para jenderal rezim Pinochet. Walaupun pengakuan terhadap rezim tersebut belum dicabut, kini para pengungsi boleh masuk ke Inggris (1.000 orang telah masuk) dan ada tuntutan untuk menghapus hutang penyediaan senjata Chile.
Ada aktivitas juga di Clycde, tempat para buruh berhasil memogokkan sejumlah kapal selam Chile untuk setidaknya 15 bulan ke depan. Dan di East Kilbride, taktik serupa dilakukan untuk memogokkan beberapa mesin jet Hawker Hunter yang dikirimkan untuk perbaikan.
Detail aksi ini dan sabotase lainnya diberitahukan dan diterima dengan gembira baru-baru ini dalam demonstrasi partai Buruh di Westminster Hall di London. Demonstrasi ini berakhir dengan malam penuh air mata, dengan Mme Allende bersumpah untuk melakukan perlawanan, dan mars Persatuan Rakyat dinyanyikan bersama-sama.
Demonstrasi lainnya di Inggris, memperingati dua tahun jatuhnya Allende, dilakukan dengan lebih sederhana. Tiga aksi diam di luar Kedutaan Chile di Devonshire Street adalah aksi kecil, yang hasilnya tak lebih dari sekadar menghibur karyawan Kedutaan.
Di Amerika, pejabat pemerintah menjadi tidak nyaman, jadi korban sekaligus penangguk keuntungan dari peristiwa-peristiwa di Chile. “Bahkan bagi AS,” kata Joan, “mendukung Junta Pinochet dengan terlalu terbuka adalah hal yang memalukan. Secara diplomatis, AS berada di posisi yang sangat sulit.
“Namun, di Amerika, para artis lebih menunjukkan solidaritas secara terbuka. Para penyanyi khususnya. Ada sebuah konser yang diadakan di sana pada Mei lalu, dan ada Bob Dylan, Beach Boy, ada [Harry] Chapin dan Arlo Guthrie dan Pete Seeger. Philc Ocs telah memberitahu Bob Dylan banyak hal tentang situasi di Chile. Phil Ocs pernah datang ke Chile dan bertemu Victor … dan Dylan, dia orang yang sedikit bicara, tetapi kami berbincang sedikit dan dia banyak menanyai saya tentang hal yang terjadi di Chile saat itu. Dan dia berkata: “Tidak kah kamu pernah santai? Kamu sudah di New York selama seminggu dan belum mengunjungi apa pun. Kenapa tidak jalan-jalan dan melihat lukisan-lukisan yang Indah. Mau jalan-jalan denganku dan melihat lukisan-lukisan indah itu?”
“Dan saya jawab ‘OK, ya, tentu saja’.
“Ya, temui saya,’ katanya, ‘di sudut blok ke-54 dengan sudut Fifth Avenue’ – atau apalah itu – ‘besok pukul tiga sore dan aku akan membawamu melihat lukisan-lukisan yang indah.’ Dan saya tak pernah membayangkan saya akan berada di sana. Dan akhirnya Dylan di sana, bersender pada sebuah tiang lampu. Dia membawa saya ke Museum Seni Modern dan mengajak saya berkeliling, dan berkata bahwa dia mendukung kami. Ya begitulah Dylan saat itu, Mei 1974. Saya tidak tahu seberapa dalam cerita tentang Victor menyentuhnya … saya tidak tahu.”
Joan menceritakan bahwa dia hanya menyaksikan peristiwa-peristiwa yang dilihatnya secara pribadi. Namun, kematian suaminya adalah hal yang diketahui umum, disaksikan oleh 6.000 warga Chile di stadion tinju Santiago. Banyak dari 6.000 orang ini tewas atau dipenjara. Namun, kesaksian tentang kematian Victor selamat di tangan jurnalis Chile, Miguel Cabenzas, yang menggambarkan peristiwa tersebut pada America's University Review.
Ada aktivitas juga di Clycde, tempat para buruh berhasil memogokkan sejumlah kapal selam Chile untuk setidaknya 15 bulan ke depan. Dan di East Kilbride, taktik serupa dilakukan untuk memogokkan beberapa mesin jet Hawker Hunter yang dikirimkan untuk perbaikan.
Detail aksi ini dan sabotase lainnya diberitahukan dan diterima dengan gembira baru-baru ini dalam demonstrasi partai Buruh di Westminster Hall di London. Demonstrasi ini berakhir dengan malam penuh air mata, dengan Mme Allende bersumpah untuk melakukan perlawanan, dan mars Persatuan Rakyat dinyanyikan bersama-sama.
Demonstrasi lainnya di Inggris, memperingati dua tahun jatuhnya Allende, dilakukan dengan lebih sederhana. Tiga aksi diam di luar Kedutaan Chile di Devonshire Street adalah aksi kecil, yang hasilnya tak lebih dari sekadar menghibur karyawan Kedutaan.
Di Amerika, pejabat pemerintah menjadi tidak nyaman, jadi korban sekaligus penangguk keuntungan dari peristiwa-peristiwa di Chile. “Bahkan bagi AS,” kata Joan, “mendukung Junta Pinochet dengan terlalu terbuka adalah hal yang memalukan. Secara diplomatis, AS berada di posisi yang sangat sulit.
“Namun, di Amerika, para artis lebih menunjukkan solidaritas secara terbuka. Para penyanyi khususnya. Ada sebuah konser yang diadakan di sana pada Mei lalu, dan ada Bob Dylan, Beach Boy, ada [Harry] Chapin dan Arlo Guthrie dan Pete Seeger. Philc Ocs telah memberitahu Bob Dylan banyak hal tentang situasi di Chile. Phil Ocs pernah datang ke Chile dan bertemu Victor … dan Dylan, dia orang yang sedikit bicara, tetapi kami berbincang sedikit dan dia banyak menanyai saya tentang hal yang terjadi di Chile saat itu. Dan dia berkata: “Tidak kah kamu pernah santai? Kamu sudah di New York selama seminggu dan belum mengunjungi apa pun. Kenapa tidak jalan-jalan dan melihat lukisan-lukisan yang Indah. Mau jalan-jalan denganku dan melihat lukisan-lukisan indah itu?”
“Dan saya jawab ‘OK, ya, tentu saja’.
“Ya, temui saya,’ katanya, ‘di sudut blok ke-54 dengan sudut Fifth Avenue’ – atau apalah itu – ‘besok pukul tiga sore dan aku akan membawamu melihat lukisan-lukisan yang indah.’ Dan saya tak pernah membayangkan saya akan berada di sana. Dan akhirnya Dylan di sana, bersender pada sebuah tiang lampu. Dia membawa saya ke Museum Seni Modern dan mengajak saya berkeliling, dan berkata bahwa dia mendukung kami. Ya begitulah Dylan saat itu, Mei 1974. Saya tidak tahu seberapa dalam cerita tentang Victor menyentuhnya … saya tidak tahu.”
Joan menceritakan bahwa dia hanya menyaksikan peristiwa-peristiwa yang dilihatnya secara pribadi. Namun, kematian suaminya adalah hal yang diketahui umum, disaksikan oleh 6.000 warga Chile di stadion tinju Santiago. Banyak dari 6.000 orang ini tewas atau dipenjara. Namun, kesaksian tentang kematian Victor selamat di tangan jurnalis Chile, Miguel Cabenzas, yang menggambarkan peristiwa tersebut pada America's University Review.
Cabenzas menceritakan bagaimana para tahanan tinggal di kursi-kursi stadion, sementara para militer berjaga di bawah. Deru senapan mesin terdengar setiap waktu, peluru-peluru ditembakkan ke arah keramaian, lalu tubuh-tubuh bergelimpangan ke bawah. Tahanan yang belum makan berhari-hari muntah pada mayat-mayat kawan seperjuangannya.
Victor berkeliling, mencoba menenangkan para tahanan, dan membangkitkan semangat mereka. Dia turun ke arena dan mendekati salah satu pintu tempat para tahanan baru masuk. Di sini lah, dia dipanggil oleh komandan kamp penjara yang “menirukan gestur seseorang yang tengah bermain gitar”. Victor mengangguk dengan pasrah, dan sang komandan memanggil empat prajurit untuk memegangi Victor lalu memerintahkan supaya sebuah meja diletakkan di tengah arena. Sang komandan ingin semua orang menyaksikan hal yang akan terjadi selanjutnya.
“Mereka membawa Victor ke meja tersebut dan memerintahkannya untuk meletakkan tangannya di atas meja. Dengan cepat, seorang prajurit mengayunkan kapak. Dengan sekali ayunan, ia meremukkan jari-jari tangan kiri Victor dengan amat parah. Ayunan kedua menghancurkan jari-jari tangan kanannya.
“Terdengar teriakan ngeri dari 6.000 tahanan. 12.000 pasang mata ini lalu menyaksikan prajurit tersebut melompat dan mulai memukuli Victor yang jatuh:
“Ayo, sekarang coba nyanyi, bangsat, coba nyanyi kau sekarang!”
“Jara menerima pukulan lebih banyak lagi, tetapi dia kemudian bangkit dan berjalan ke tempat bertemunya arena dan kursi-kursi. Semuanya senyap. Lalu dia berbicara sambil menangis: ‘Baiklah, kamerad, mari kita hibur tuan komandan.’ Ia menguatkan dirinya sebentar dan mengangkat tangannya yang berlumuran darah, lalu mulai menyanyikan mars Persatuan Rakyat dengan suara yang gemetar. Dan semua orang bernyanyi bersamanya.
Senapan mesin diberondongkan. Jara jatuh dan tewas.
Lalu, tembakan diarahkan ke kursi-kursi tahanan yang menyanyi bersama Jara, lalu tubuh-tubuh bergelimpangan ke bawah.
Walaupun begitu, orang-orang Pinochet sudah mulai mendapatkan perlawanan yang makin meningkat. Berita-berita tersebar tentang “ratusan komite baru yang sedang diorganisir”, tentang konfrontasi gerilya dengan pasukan angkatan darat, tentang sabotase kecil dan besar di pabrik-pabrik, dan tentang protes-protes di sekolah-sekolah. Delapan pastor berkhotbah menentang seorang uskup yang mendukung doktrin Pinochet, pekerja spesialis mogok kerja, dan bus-bus transportasi publik “dibebaskan”.
Inti-Illimani dan Quilapayun, yang telah mengumpulkan perhatian audiens di Eropa sejak kudeta terjadi, tak lama tiba untuk mengadakan konser 30 September di Albert Hall.
Dan Victor, ya, inilah puisi terakhirnya, yang diselundupkan keluar stadion sejenak sebelum ajal menjemputnya:
Kita, 5.000 orang di sini, di sudut kecil kota ini.
Berapa banyak kita di seluruh kota di dunia?
Mata kita semua tertuju pada maut.
Betapa ngerinya wajah Fasisme
Baginya, darah adalah medali,
Pembantaian massal adalah tindakan pahlawan.
Lagu, yang tak bisa kunyanyikan dengan baik
Saat aku harus menyanyikannya dengan rasa takut.
Saat aku sekarat karena rasa takut.
Saat kudapati diriku dalam momen-momen tanpa akhir ini.
Tempat sunyi dan tangis menjadi gema laguku.
Victor berkeliling, mencoba menenangkan para tahanan, dan membangkitkan semangat mereka. Dia turun ke arena dan mendekati salah satu pintu tempat para tahanan baru masuk. Di sini lah, dia dipanggil oleh komandan kamp penjara yang “menirukan gestur seseorang yang tengah bermain gitar”. Victor mengangguk dengan pasrah, dan sang komandan memanggil empat prajurit untuk memegangi Victor lalu memerintahkan supaya sebuah meja diletakkan di tengah arena. Sang komandan ingin semua orang menyaksikan hal yang akan terjadi selanjutnya.
“Mereka membawa Victor ke meja tersebut dan memerintahkannya untuk meletakkan tangannya di atas meja. Dengan cepat, seorang prajurit mengayunkan kapak. Dengan sekali ayunan, ia meremukkan jari-jari tangan kiri Victor dengan amat parah. Ayunan kedua menghancurkan jari-jari tangan kanannya.
“Terdengar teriakan ngeri dari 6.000 tahanan. 12.000 pasang mata ini lalu menyaksikan prajurit tersebut melompat dan mulai memukuli Victor yang jatuh:
“Ayo, sekarang coba nyanyi, bangsat, coba nyanyi kau sekarang!”
“Jara menerima pukulan lebih banyak lagi, tetapi dia kemudian bangkit dan berjalan ke tempat bertemunya arena dan kursi-kursi. Semuanya senyap. Lalu dia berbicara sambil menangis: ‘Baiklah, kamerad, mari kita hibur tuan komandan.’ Ia menguatkan dirinya sebentar dan mengangkat tangannya yang berlumuran darah, lalu mulai menyanyikan mars Persatuan Rakyat dengan suara yang gemetar. Dan semua orang bernyanyi bersamanya.
Senapan mesin diberondongkan. Jara jatuh dan tewas.
Lalu, tembakan diarahkan ke kursi-kursi tahanan yang menyanyi bersama Jara, lalu tubuh-tubuh bergelimpangan ke bawah.
Walaupun begitu, orang-orang Pinochet sudah mulai mendapatkan perlawanan yang makin meningkat. Berita-berita tersebar tentang “ratusan komite baru yang sedang diorganisir”, tentang konfrontasi gerilya dengan pasukan angkatan darat, tentang sabotase kecil dan besar di pabrik-pabrik, dan tentang protes-protes di sekolah-sekolah. Delapan pastor berkhotbah menentang seorang uskup yang mendukung doktrin Pinochet, pekerja spesialis mogok kerja, dan bus-bus transportasi publik “dibebaskan”.
Inti-Illimani dan Quilapayun, yang telah mengumpulkan perhatian audiens di Eropa sejak kudeta terjadi, tak lama tiba untuk mengadakan konser 30 September di Albert Hall.
Dan Victor, ya, inilah puisi terakhirnya, yang diselundupkan keluar stadion sejenak sebelum ajal menjemputnya:
Kita, 5.000 orang di sini, di sudut kecil kota ini.
Berapa banyak kita di seluruh kota di dunia?
Mata kita semua tertuju pada maut.
Betapa ngerinya wajah Fasisme
Baginya, darah adalah medali,
Pembantaian massal adalah tindakan pahlawan.
Lagu, yang tak bisa kunyanyikan dengan baik
Saat aku harus menyanyikannya dengan rasa takut.
Saat aku sekarat karena rasa takut.
Saat kudapati diriku dalam momen-momen tanpa akhir ini.
Tempat sunyi dan tangis menjadi gema laguku.
Catatan penerjemah:
*Konteks perbincangan dengan Bowie di awal tulisan ini adalah wawancara kontroversial tahun 1975 berjudul “David Bowie: Watch Out Mate! Hitler’s On His Way Back”, yang di dalamnya Bowie tampak menyerukan kebangkitan sayap kanan baru.
**Shanty secara umum adalah sejenis lagu kerja yang biasanya dinyanyikan untuk menemani bekerja.
*Konteks perbincangan dengan Bowie di awal tulisan ini adalah wawancara kontroversial tahun 1975 berjudul “David Bowie: Watch Out Mate! Hitler’s On His Way Back”, yang di dalamnya Bowie tampak menyerukan kebangkitan sayap kanan baru.
**Shanty secara umum adalah sejenis lagu kerja yang biasanya dinyanyikan untuk menemani bekerja.